Melanjutkan series tulisan tentang PKPA (Praktik Kerja Profesi Apoteker), kali ini saya akan menulis pengalaman melaksanakan PKPA di Rumah Sakit.
Mungkin bisa jadi bahan bacaan untuk teman-teman yang juga akan melaksanakan PKPA.
Mengetahui cerita pengalaman orang lain menjadi penting menurut saya, dan pada saat akan melaksanakan PKPA saya sering mencari informasi tentang ini dan mencari gambaran akan seperti apa kondisi PKPA nantinya.
Tidak hanya bertanya langsung dengan teman-teman yang sudah lebih dulu melaksanakan PKPA, saya juga mencari berbagai tulisan di Internet.
Hal ini sangat membantu saya dalam melakukan persiapan PKPA. Semoga setelah membaca tulisan ini, ada gambaran yang didapat dan mungkin bisa jadi bahan persiapan pelaksanaan PKPA.
Sebagai mahasiswa PSPA (Program Studi Profesi Apoteker), adalah hal wajib untuk melaksanakan PKPA. Di kampus saya, PKPA dilaksanakan di empat tempat yaitu,
- PBF (Pedagang Besar Farmasi)
- Apotek
- RS (Rumah Sakit), dan
- Industri Farmasi
COVID-19 dan Jadwal PKPA
Akibat pandemi COVID-19 yang menghambat seluruh proses belajar mengajar dan kegiatan kampus pada awal Maret, jadwal pelaksanaan PKPA di RS tertunda.
Hal ini juga diperparah oleh mahasiswa, dosen, dan praktisi di RS yang concern terhadap pelaksanaan PKPA di RS sehingga harus dipikirkan matang-matang dan diatur teknis tentang pelaksanaannya yang juga harus dibarengi penerapan protokol kesehatan, dan hal ini memakan waktu.
PKPA saat Pandemi COVID-19 ini membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk mengetahui secara langsung bagaimana penatalaksanaan COVID-19.
Meskipun bukan sepenuhnya hal baik, namun ini bisa jadi pembelajaran penting dan bekal pengetahun untuk apoteker ke depannya.
Saya pribadi sangat tidak keberatan dan justru merasa lebih terpanggil karena inilah saatnya saya sebagai calon tenaga kesehatan lebih tepatnya apoteker untuk berkontribusi langsung dalam penanganan pandemi ini yang merupakan kejadian langka yang mungkin dan semoga tidak terjadi lagi dalam waktu dekat.
Setelah melalui berbagai pertimbangan dan mediasi, ditetapkan bahwa PKPA RS dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober dan ini belum termasuk jadwal revisi laporan hasil PKPA yang memakan waktu sampai bulan November.
PKPA RS untuk mahasiswa PSPA Universitas Sumatera Utara angkatan 29 dilaksanakan di tiga RS yaitu,
- RSUD Dr. Pirngadi
- RSUD Adam Malik, dan
- RSUP USU.
Pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit
Sama seperti PKPA sebelumnya, pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa kelompok dan dilaksanakan bergantian. Saya dan 29 mahasiswa lainnya yang dibagi menjadi 2 kelompok mendapat kesempatan PKPA di RS Dr. Pirngadi.
Pelaksanaan PKPA di RS Pirngadi dimulai dengan pendaftaran mahasiswa ke bagian Diklat RS dengan tembusan ke Instalasi Farmasi RS. Pihak RS meminta beberapa berkas persyaratan PKPA termasuk salah satunya surat keterangan hasil rapid test.
Hanya mahasiswa yang non reaktif yang diperbolehkan melaksanakan PKPA, mahasiswa yang hasil rapid testnya reaktif diwajibkan melaksanakan isolasi mandiri terlebih dahulu.
Hal ini merupakan langkah preventif RS dalam penanganan COVID-19 di lingkungan fungsional dan staf RS.
Apoteker Ketua Instalasi Farmasi RS, apt. Peri Aisyah yang juga dosen saya di kampus, menjadi apoteker pembimbing PKPA selama pelaksanaan PKPA RS berlangsung. Banyak ilmu yang saya peroleh dari beliau.
Di sela-sela kesibukan beliau sebagai Ketua Instalasi Farmasi, saya beserta teman-teman lain dibimbing dan diajak berdiskusi tentang banyak hal termasuk tentang peranan apoteker di rumah sakit, cara berkomuniskasi dengan pasien, sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, dll.
Saya mengunjungi mulai dari instalasi rawat jalan, rawat inap, isolasi COVID, hemodialisis, IGD, sampai kemoterapi. Mengunjungi nurse station dan berdiskusi dengan perawat tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang baik dan benar, dll.
Banyak hal yang baru saya pelajari saat PKPA RS ini.
Saya juga mendapat kesempatan untuk mengunjungi nurse station ruangan isolasi pasien COVID-19 dan bersama apoteker pembimbing melaksanakan PTO dan konseling dengan pasien.
Sebagai apoteker, memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam pemberian obat dan memantau efek samping serta masalah terkait obat adalah beberapa tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
Selain kunjungan dan praktik langsung di RS, juga beberapa kali dilaksanakan pertemuan dan tugas presentasi daring.
Hal ini dilakukan untuk melengkapi kegiatan belajar dan melakukan pembahasan serta diskusi terkait apa yang sudah dipelajari saat kunjungan ke RS.
Laporan
Setiap pelaksanan PKPA, masing-masing mahasiswa wajib menyelesaikan dua buah laporan yaitu laporan manajemen dan laporan kasus.
Menulis laporan jelas bukan bagian PKPA yang paling dinikmati namun ini adalah hal wajib.
Laporan manajemen RS adalah laporan manajerial berdasarkan sistem dan manajemen tempat PKPA dilaksanakan.
Laporan kasus adalah laporan yang ditulis berdasarkan kasus penyakit dan pengobatan yang dilakukan oleh pasien yang dirawat di RS.
Saya sendiri memilih kasus pada pasien kemoterapi.
Oleh karena itu, saya berkali-kali mengunjungi instalasi kemoterapi dan saya belajar banyak hal terutama alur penanganan pasien kemoterapi dan pelaksanaan kemoterapi di RS setiap harinya.
Saya banyak dibantu oleh apt. Manaor. Beliau merupakan salah satu apoteker yang bertugas di RS Dr. Pirngadi.
Di dalam laporan ini, saya membahas tentang kemoterapi dari kacamata seorang apoteker.
Hal yang dibahas di laporan antara lain adalah hasil diagnosis pasien, terapi apa yang dilakukan, kemudian pemantauan penggunaan obat serta apakah terdapat Drug Related Problem.
Cukup sulit dan merepotkan, namun saya menikmatinya.
Kesan dan Pesan
Kesan saya untuk PKPA RS kali ini adalah, PKPA RS merupakan PKPA yang paling menguras tenaga sejauh ini.
Selain karena yang menurut saya pelaksanaan tugas apoteker di RS lebih kompleks, juga karena jadwal dan kesibukan masing-masing, baik kesibukan apoteker pembimbing, staf RS, dosen pembimbing, maupun mahasiswa.
Kemudian kondisi RS yang menangani COVID-19 juga menjadi catatan penting secara ini kasus baru. Banyak hal baru yang dilakukan pihak RS dalam penanganan COVID ini.
Hal yang paling berkesan adalah saat menemani apoteker pendamping melaksanakan PIO terhadap pasien COVID dan pada kesempatan lain menemui keluarga pasien COVID yang baru saja menghembuskan napas terakhir.
Hal ini sangat memukul dan menjadi pengingat bahwa pandemi COVID-19 belum selesai.
Baiknya kita tidak bersikap sepele dalam hal ini, dan terus melaksanakan hal-hal pencegahan penularan COVID-19.
Perlu diingat, kebiasaan hidup sehat harus selalu dijaga.
Tips atau gambaran yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman yang akan melaksanakan PKPA di RS adalah, jaga kondisi fisik dan konsentrasi.
Kedua hal ini yang paling penting menurut saya. Fisik yang sehat ditambah pelaksanaan protokol kesehatan yang baik saat melaksanaan PKPA di RS akan meminimalkan kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari dan ke orang lain.
Selain itu menjaga fokus adalah hal yang harus dilakukan karena tingkat stres di sarana kesehatan satu ini cukup tinggi, dan agar proses belajar saat pelaksaan PKPA menjadi efektif.
Last but not least, have fun and enjoy the moment. You’re a pharmacist, soon.
Komentar
Posting Komentar